Jumat, 03 Februari 2012

Konfrontasi indonesia Malaysia


Perang mengenai masa depan Malaya, Brunei, Sabah dan Serawak yang terjadi antara Federasi Malaysia dan Indonesia. Keinginan dari Federasi Malaysia yang ingin menggabungkan Malaya, Bruney, Sabah, Serawak melanggar Manila Accord sehingga ditentang oleh Presiden Soekarno. Soekarno menganggap pembentukan Federasi Malaysia sebagai “boneka Inggris” merupakan Kolonialisme dan Imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.
Malaysia melihat pembentukan federasi ini sebagai masalah dalam negeri, tanpa tempat untuk turut campur orang luar, tetapi pemimpin Indonesia melihat hal ini sebagai perjanjian Manila Accord yang dilanggar dan sebagai bukti kolonialisme dan imperialisme Inggris. Pada akhirnya muncul demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur yang berlangsung tanggal 17 September 1963, berlaku ketika para demonstran yang sedang memuncak marah terhadap Presiden Sukarno yang melancarkan konfrontasi terhadap Malaysia juga kerana serangan pasukan militer tidak resmi Indonesia terhadap Malaysia.
Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Indonesia ke hadapan Tunku Abdul Rahman—Perdana Menteri Malaysia saat itu—dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak.
Malaysia melakukan aksi demonstrasi atas sikap konfrontasi Sukarno yang juga mewakili Indonesia terhadap masalah perwilayahan. Tindakan ini apakah yang dimaksud Menlu Malaysia sebagai RASIONAL dan Malaysia cinta damai? Sedangkan aksi yang dilakukan oleh damonstran Indonesia yang menyerang gedung kedubes Malaysia. Mereka sudah naik pitam luar biasa marahnya. Padahal aksi itu mewakili sikap dilanggarnya HAM WNI di Malaysia terutama TKI, Malaysia berkali-kali melakukan pelanggaran dengan memasuki wilayah perairan Indonesia, diakuinya budaya-budaya Indonesia sebagai budaya Malaysia (bahkan dijadikan objek untuk menarik wisatawan), dan banyak kasus-kasus lainnya.
Sesungguhnya lebih perlu ditanyakan adalah pemerintah sekarang ini yang seakan-akan sudah kehilangan “power”. Pemerintah Indonesia bersikap seakan-akan sulit bertindak tegas terhadap negara yang masih serumpun dengan Indonesia itu. Tidak ada satu pernyataan atau sikap yang resmi dikeluarkan oleh pemerintah saat ini yang menunjukkan gertakan terhadap Malaysia. Padahal di Malaysia kini dikeluarkannya “Travel Warning” untuk warga Malaysia ke Indonesia. Mungkin Konfrontasi Indonesia-Malaysia cikal bakal dari konfik kita selama ini. Akankah akan ada hasil akhir? atau mungkin situasi yang memanas di sekarang ini adalah catatan sejarah yang masih berlanjut dan menurun pada anak cucu kita nanti? Dari semuanya itu tentunya ada satu hal yang perlu kita sadari: Peristiwa hari ini akan dipelajari oleh generasi penerus sebagai pelajaran SEJARAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar